Selasa, 06 Mei 2008

Hasad



Hasad

Oleh : Uus Husni Sofyan

Artinya dengki atau cemburu. Yakni dorongan hati yang menginginkan hilangnya sesuatu yang dianggap kurnia atau kelebihan yang dimiliki orang lain. Baik itu kurnia berupa materi seperti harta kekayaan, rupa, dan keturunan, maupun kelebihan bukan materi seperti kecerdasan, bakat, kemuliaan, akhlak, dll.

Dengki merusak dan dilarang dalam Islam. Didalamnya berisi harapan dan keinginan untuk menjatuhkan martabat dan kedudukan orang lain yang kita dengki. Dengki seringkali muncul atas prasangka yang salah kepada orang lain. Dari akar dengkilah tumbuh pohon kejahatan yang rindang dengan kebusukan pekerti, seperti menggunjing, permusuhan, adu domba, dendam, fitnah, riya, munafik bahkan sampai pembunuhan dan praktek sihir. Allah SWT mengingatkan kepada kita dalam surat Al Falaq (113) ayat 1 – 5. Kita diperintahkan berdoa untuk berlindung kepadaNya dari gangguan orang yang menyihir kita melalui buhul-buhul yang ditiupkan. Dan itu muncul atas permintaan orang yang hasad mendengki kepada kita.

Dengki tidak muncul tiba-tiba, ia hadir dari motif hati yang jelek. Karena perasaan cemburu, dendam, ketakutan, takabur, ujub, gila hormat, gila kuasa, atau bisa juga karena watak kebiasaan yang sudah terpatri pada jiwa seseorang. Bila kita berbuat baik karena termotivasi melihat orang lain berbuat kebaikan, didalam ajaran Islam ini adalah perbuatan terpuji yang disebut ghibthah, sesuatu yang malah dianjurkan dalam berfastabiqul khairat -berlomba dalam kebaikan. Sedangkan bila kita berbuat baik dengan harapan dan keinginan melenyapkan kebaikan pada orang lain ini perbuatan buruk, yakni hasad atau dengki Satu sifat yang mendorong kita menjadi perusak.

Pernahkah kita tidak suka karena orang lain bisa berpenampilan cantik menarik? Pernahkah kita diam-diam merasa kesal disaat rekan kerja naik jabatan? Pernahkah kita jengkel menyaksikan keberhasilan karir pendidikan teman sendiri? Pernahkah kita sinis karena teman kita usahanya maju? Pernahkah kita bermuram sedih karena tetangga membangun rumah jauh lebih bagus dari rumah kita? Setelah itu kita berharap kuat semua kesempurnaan dan kelebihan yang dimiliki orang-orang itu hilang lenyap dari genggaman mereka? Sesungguhnya…inilah dengki itu! Dengki itu kita kecewa akan keberuntungan orang lain, lalu kita cemburu, benci, serta diam-diam berharap keberuntungan itu hilang dari mereka.. Selanjutnya setiap ada kesempatan kita berusaha menahan rejeki dan keberuntungan orang yang kita dengki itu.

Dengki terbagi dalam dua bentuk. Pertama, kedengkian yang jelas. Yakni kedengkian yang diperlihatkan. Kita, dan orang banyak tahu dan melihat kedengkian yang kita perlihatkan dalam bentuk rasa tidak suka, permusuhan dan saling benci diantara kita yang tengah saling dengki. Bila kita kebetulan bertemu seseorang dijalan, kalau ada rasa terpaksa, berat hati atau malah tidak mau sama sekali melempar senyum kepadanya, itu biasanya tandanya betul kita tengah terjangkiti dengki alias hasad. Karena seperti yang disampaikan Imam Khomeini, orang mukmin biasanya raut mukanya ramah berseriseri, sedangkan orang dengki wajahnya muram dan air mukanya masam. Dengki jenis ini diekpresikan dalam bentuk muka masam dan rasa tidak senang yang dipertontonkan dan sulit disembunyikan.

Yang kedua, kedengkian yang tersembunyi. Yang kita sendiri seringkali tidak mengakui dan menampiknya. Saking halusnya kita seringkali tertipu dan merasa diri tidak sedang terjangkiti. Bagaimana kita bisa tahu bahwa kita tengah terjangkiti dengki yang tersembunyi ini? Hanya diri kita sendiri yang bisa menyimpulkannya, orang lain bahkan mereka yang kita dengki tidak mengetahuinya. Namun gejalanya bisa kenali. Pernahkah kita cemburu atas keberuntungan yang diraih oleh orang lain? Lalu muncul rasa tidak suka? Kemudian diikuti kesenangan menggunjingkan dibelakang orang itu? Sementara kita tidak tengah saling bermusuhan? Atau padahal kita adalah teman dekatnya? Itulah dengki tersembunyi! Muka kita berhadapan manis dan ramah, tapi hati kita berpaling, pahit dan bersungut mengharapkan kejelekan untuknya. Sesaat setelah datang dengki tersembunyi ini, dipastikan kita menjadi orang munafik, bermuka dua. Ingat, dengki adalah racun persahabatan. Dengki tidak pernah ditujukan kepada orang lain yang tidak kita kenal, tetapi dengki sasarannya adalah orang dekat yang sudah saling kita kenal: sahabat, tetangga, teman kerja, atau saudara kandung sendiri, malah.

“Seorang mukmin tidak pernah mendengki”. Demikian Imam Ja’far Shiddiq mengatakan. Memang, seorang mukmin tidak suka dan tidak pantas mendengki. Karena ia sadar, ikhlas, dan bersyukur atas segala kelebihan dan kekurangan dirinya. Ia yakin dan tawakal akan segala kurnia Allah yang telah diatur Nya sedemikian rupa. Ia tahu betul tidak semua keberuntunmgan didunia ini adalah kelebihan, dan ia sadar betul tidak semua kekurangan itu adalah sebuah kejelekan.

Rasulullah saww melarang kita mendengki. Disamping menebarkan kerusakan social, dengki juga cermin ketidakrelaan kita keopada Allah swt. dan marah kepada nasib yang ditentukanNya. Dalam hadis dari Imam Ja’far Shaddiq, Rasulullah saw bersabda: Allah swt berfirman kepada Nabi Musa, ”Wahai putra Imran, janganlah sekali-kali engkau dengki kpada manusia karena karunia yang Aku anugrahkan kepada mereka. Dan janganlah kau arahkan pandanganmu pada hal itu, serta janganlah kau perturuti perasaan dengki itu. Sesungguhnya orang yang dengki berarti jengkel kepada nikmat Ku. Dan menggugat pembagian anugrah yang aku tetapkan diantara hamba- hambaKu. Barang siapa berlaku demikian, Aku tidak berhubungan dengannya tidak pula berhubungan denganKu.”.

Maka itu, mari belajar untuk tidak mendengki. Dengki tidak mendatangkan manfaat apa-apa selain dosa. Kedengkian tidak merugikan orang yang kita dengki, sebaliknya dengki malah bisa membuat orang yang kita dengki merasa semakin puas dan kita semakin tersakiti. Tidak ada dengki yang bisa menyelesaikan masalah, ia merusak dan meracuni pergaulan manusia, seperti yang disampaikan Imam Ja’far Shaddiq, “Hasad, Ujub dan kesombongan adalah racun agama.”.

Untuk mengobati penyakit dengki, kembali kepada tekad kita. Bisa mudah bisa pula sulit, karena menyangkut kesempurnaan yang utuh akhlak Mukmin. Dengki ibarat kucuran air yang keluar dari mulut ceret. Ia Out Put dari qalbu & kecerdasan seorang beriman. Jadi, selama kita masih cenderung dan senang maksiat, mencuri, berzinah berkubang dosa, jangan harap dengki bisa betul benar-benar hilang dari diri kita. Sepanjang hayat jiwa kita akan terus letih didera dan tersiksa oleh dengki kepada orang lain.